mufakad.com – Baru-baru ini dunia keamanan siber Indonesia digemparkan oleh dugaan peretasan situs Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Nugraha Gumilar, menyatakan bahwa tim siber TNI sedang mengecek klaim peretasan tersebut. Peristiwa ini menarik perhatian publik setelah akun X (Twitter) dengan centang biru, @FalconFeedsio, mengunggah tangkapan layar yang menunjukkan penjualan sistem milik BAIS TNI.
Kronologi Peristiwa
Pada Senin, 24 Juni 2024 pukul 10.39 WIB, akun @FalconFeedsio mengunggah keterangan bahwa data BAIS TNI telah diretas oleh seseorang yang dikenal dengan nama MoonzHaxor. Unggahan ini disertai dengan foto yang memperlihatkan data BAIS yang dijual di BreachForums, sebuah situs gelap yang sering digunakan para peretas untuk jual beli data hasil curian.
Mayjen Nugraha Gumilar, dalam pesan tertulisnya pada Senin petang, menyatakan bahwa tim siber TNI sedang melakukan pengecekan mendalam terkait unggahan tersebut. “Terkait akun Twitter Falcon Feed yang merilis bahwa data BAIS TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan yang mendalam oleh Tim Siber TNI,” kata Gumilar.
Menanggapi insiden ini, semua server TNI dinonaktifkan sementara waktu untuk mencegah potensi kerusakan lebih lanjut dan untuk memudahkan proses investigasi. Langkah ini diambil sebagai upaya preventif untuk memastikan keamanan data dan sistem informasi militer Indonesia.
Namun, Nugraha tidak memberikan jawaban pasti terkait berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengevaluasi dugaan peretasan ini. Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, dalam keterangannya di Istana Kepresidenan Jakarta, menyebutkan bahwa gangguan yang terjadi lebih terfokus pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya. Sistem layanan PDNS 2 sudah mulai pulih setelah mengalami gangguan akibat serangan siber ransomware LockBit 3.0 pada 20 Juni 2024.
MoonzHaxor bukanlah nama baru dalam dunia peretasan. Sebelumnya, pada tahun 2021, nama ini dikaitkan dengan pembobolan jaringan internal Badan Intelijen Negara (BIN) oleh kelompok peretas dari Tiongkok. Tindakan serupa dilaporkan kembali pada tahun ini, menambah kekhawatiran akan kemampuan keamanan siber Indonesia dalam melindungi data sensitif.
BreachForums, tempat data BAIS TNI diduga dijual, merupakan salah satu situs gelap yang terkenal di kalangan peretas. Situs ini menjadi tempat utama bagi mereka yang ingin memperdagangkan data curian, mulai dari informasi pribadi hingga data strategis seperti yang dimiliki BAIS TNI.
Untuk menghadapi serangan siber ini, TNI dan berbagai instansi terkait bergerak cepat. Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria, mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Telkom Sigma, dan Cyber Polri untuk mengupayakan migrasi data. “Kami lagi membuat skalanya. Mana yang harus segera diperluaskan untuk melakukan migrasi data. Kami sedang bekerja nanti akan di-update,” kata Nezar.
Kolaborasi ini mencakup langkah-langkah forensik digital untuk melacak sumber serangan dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Menkominfo Budi Arie menambahkan bahwa pemerintah sedang melakukan evaluasi dan pemulihan secara maksimal untuk memastikan bahwa data masyarakat tidak tersebar luas akibat serangan ini.
Dugaan peretasan terhadap BAIS TNI ini memiliki implikasi yang luas, tidak hanya bagi keamanan nasional tetapi juga bagi kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam melindungi data sensitif. Serangan siber yang berhasil menembus sistem intelijen militer mencerminkan kerentanan yang harus segera diatasi.
Selain itu, insiden ini juga menyoroti pentingnya peningkatan kemampuan siber di berbagai sektor, terutama di instansi pemerintah yang menyimpan data strategis. Dalam era digital ini, serangan siber bukan lagi sebuah kemungkinan tetapi sebuah kenyataan yang harus dihadapi dengan serius.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan instansi terkait perlu memperkuat infrastruktur keamanan siber mereka. Pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi tim siber juga harus menjadi prioritas. Kolaborasi internasional dalam hal berbagi informasi dan teknologi juga dapat membantu memperkuat pertahanan siber Indonesia.
Selain itu, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber di kalangan pegawai pemerintah dan masyarakat luas juga penting. Edukasi tentang praktik keamanan digital dasar dapat membantu mengurangi risiko serangan siber di masa depan.
Dugaan peretasan terhadap situs BAIS TNI oleh MoonzHaxor menandai babak baru dalam tantangan keamanan siber di Indonesia. Respon cepat dari TNI dan pemerintah menunjukkan komitmen untuk mengatasi ancaman ini, namun juga menyoroti perlunya langkah-langkah proaktif dalam memperkuat pertahanan siber negara. Kolaborasi, edukasi, dan peningkatan kapasitas adalah kunci untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks di era digital ini.