CultureLokalRagam Budaya

Gajah Mada Mahapatih Yang Mengukir Kejayaan Majapahit

23
×

Gajah Mada Mahapatih Yang Mengukir Kejayaan Majapahit

Share this article

mufakad.com – Gajah Mada adalah sosok mahapatih yang sangat berpengaruh dalam upaya membawa Majapahit menuju puncak kejayaannya. Dikenal sebagai figur setia dan perkasa, Gajah Mada memainkan peran krusial dalam menjaga keutuhan dan memperluas pengaruh Kerajaan Majapahit. 

Hingga kini, jasa-jasanya masih dikenang, dan bangsa Indonesia menganggapnya sebagai pahlawan simbol patriotisme dan persatuan bangsa. Kisah hidup, perjalanan karir, dan perjuangannya telah terekam dalam berbagai naskah, seperti Babad Gajah Mada, Naskah Usana Jawa, dan Babad Arung Bondan.

Naskah Usana Jawa

Dalam Naskah Usana Jawa disebutkan bahwa Gajah Mada lahir di Pulau Bali dengan cara yang ajaib, memancar dari buah kelapa yang merupakan penjelmaan Sang Hyang Narayana (Wisnu). Ini menunjukkan bahwa Gajah Mada dianggap lahir tanpa ayah dan ibu, sebagai wujud kehendak dewa-dewi. Kisah kelahirannya ini menegaskan legitimasi keistimewaannya, suatu tradisi dalam naskah tradisional Nusantara yang sering kali menggunakan mitos untuk menjunjung tinggi dan menghormati tokoh-tokohnya.

Sejak kelahirannya, keajaiban demi keajaiban terus mengiringi perjalanan hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa dan bahkan saat kematiannya. Kisah-kisah semacam ini umum dalam sistem kepercayaan masyarakat Hindu/Buddha pada masa itu, memerlukan tafsir atau rasionalisasi agar dapat dijadikan rujukan yang lebih masuk akal dalam konteks sejarah.

Babad Arung Bondan

Babad Arung Bondan memberikan versi lain tentang asal usul Gajah Mada. Kitab ini menjelaskan bahwa Gajah Mada adalah anak dari Patih Logender, yang dikenal dalam cerita Damarwulan dan Menakjingga. Logender menjadi patih di bawah pemerintahan Ratu Kenya (Kencanawungu). J.L.A. Brandes pernah menyatakan bahwa kisah Damarwulan dan Menakjingga terjadi pada masa pemerintahan Ratu Suhita di Majapahit. Menakjingga setara dengan Bhre Wirabumi, penguasa kedaton timur yang berperang melawan Majapahit.

Jika mengikuti tafsiran ini, Gajah Mada adalah anak dari Patih Logender yang lahir setelah masa kejayaan Majapahit. Namun, berbagai prasasti dan Kakawin Nagarakertagama menyebutkan bahwa Gajah Mada berperan dalam masa awal dan puncak kejayaan Majapahit, terutama pada periode kekuasaan Hayam Wuruk. Hal ini menimbulkan interpretasi bahwa nama patih yang menjadi ayah Gajah Mada mungkin tidak akurat, karena kisah-kisah tradisional sering mengalami perubahan nama tokoh seiring dengan berjalannya waktu.

Babad Gajah Mada

Babad Gajah Mada, sebuah sastra Bali, mengisahkan seorang pendeta muda bernama Mpu Sura Dharma Yogi dan istrinya, Patni Nari Ratih. Dewa Brahma, terpikat oleh kecantikan Nari Ratih, memperkosanya, dan mereka kemudian mengembara hingga tiba di Desa Mada di Gunung Semeru. Di sana, lahirlah bayi laki-laki yang diiringi peristiwa alam yang menandakan bahwa bayi tersebut kelak akan menjadi tokoh penting. Bayi ini diasuh oleh kepala Desa Mada, sementara orang tuanya bertapa di puncak Gunung Plambang untuk memohon keselamatan dan kejayaan untuk sang bayi. Para dewa mengabulkan permohonan tersebut, dan bayi ini kelak dikenal sebagai Gajah Mada.

Sumpah Palapa Gajah Mada

Saat dilantik menjadi mahapatih, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, yaitu Sumpah Palapa. Isi Sumpah Palapa adalah:

“Lamun huwas kalah nusantara, ingsun amukti palapa. Lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Baki, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”

(Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa (kesenangan). Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa).

Pada awalnya, banyak yang meremehkan dan mentertawakan cita-cita Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara. Namun, Gajah Mada tetap teguh pada sumpahnya dan berjuang keras untuk mencapai tujuannya.

Perjuangan dan Kejayaan Gajah Mada

Perjuangan Gajah Mada mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389). Luas wilayah Majapahit hampir setara dengan luas Indonesia saat ini, dan pengaruh kerajaan tersebut meluas hingga ke negara-negara tetangga. Majapahit mampu menguasai wilayah-wilayah Nusantara, termasuk Melayu (Sumatera), Tanjungpura (Kalimantan), Semenanjung Malaka, wilayah timur Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian Barat, dan Jawa kecuali Kerajaan Sunda Galuh dan Sunda Pakuan.

Berkat keberhasilannya, pengaruh Gajah Mada sangat besar, bahkan dapat dikatakan melebihi Hayam Wuruk dan anggota Sapta Prabhu, semacam Dewan Pertimbangan Agung yang beranggotakan keluarga kerajaan Majapahit. Hingga kini, perjuangan dan jasa-jasanya terus dikenang, terbukti dengan penggunaan nama Gajah Mada untuk berbagai tempat dan jalan di Indonesia.

Gajah Mada adalah simbol keberanian, kesetiaan, dan semangat persatuan yang patut dicontoh oleh generasi penerus bangsa. Kisah hidup dan perjuangannya memberikan inspirasi tentang pentingnya komitmen dan kerja keras dalam mencapai cita-cita besar untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *